Populasi dunia akan mencapai 7 milyar tahun ini yang memberikan kekhawatiran apakah dunia akan segera menghadapi krisis populasi besar.
"Meskipun 50 tahun pertumbuhan populasi tercepat yang terekam, dunia melakukan dengan sangat baik dalam menghasilkan bahan pangan yang cukup dan mengurangi kemiskinan," kata ekonom Universitas Michigan David Lam, dalam pidato presidensialnya di pertemuan tahunan the Population Association of America. Demikian seperti yang dilansir oleh Physorg jumat kemarin (01/04/11).
Lam merupakan seorang profesor ekonomi dan profesor peneliti di Institut Penelitian Sosial Universitas Michigan. Ceramahnya berjudul "How the World Survived the Population Bomb: Lessons from 50 Years of Exceptional Demographic History."
Pada tahun 1968, ketika buku Paul Ehrlich berjudul "The Population Bomb," memicu alarm tentang dampak dari cepatnya pertumbuhan populasi dunia, rasio pertumbuhan sekitar 2 persen dan populasi dunia menjadi dua kali lipat dalam 39 tahun antara 1960 dan 1999.
Menurut Lam, hal tersebut merupakan sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya dan tak akan pernah terjadi lagi.
"Sebenarnya tak ada pertanyaan bahwa rasio pertumbuhan populasi dunia akan terus menurun," tutur Lam. "Rasionya hanya akan sedemikian karena momentum populasi, dengan banyaknya wanita berusia subur di negara-negara berkembang karena cepatnya pertumbuhan populasi pada dekade sebelumnya."
Lam membicarakan sejumlah faktor yang bekerja sama untuk mengurangi dampak kenaikan populasi. Di antara kekuatan ekonomi, dia menyebutkan revolusi hijau, yang dimulai oleh peraih hadiah nobel Norman Borlaug, yang menaikkan produksi per kapita makanan dunia sebanyak 41 persen antara tahun 1960 dan 2009.
"Kita telah melalui periode-periode rasio pertumbuhan yang sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya, dan meskipun demikian prosuksi pangan meningkat bahkan lebih cepat dari populasi dan rasio kemiskinan menurun secara substansial," katanya.
Kapasitas kota-kota untuk menyerap pertumbuhan populasi dunia merupakan alasan utama lainnya yang membuat dunia dapat menggandakan populasinya dalam 40 tahun terakhir tanpa memicu kelaparan masal atau kenaikan tingkat kemiskinan, kata Lam kepada pendengarnya. Seiring dengan urbanisasi, Lam menunjuk dampak dari penurunan berkelanjutan kesuburan dan kenaikan investasi dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan anak-anak.
Pekerjaan yang dilakukan Lam di Brasil dengan ISR social demographer Leticia Marteleto menunjukkan kenaikan sedang 4,3 tahun sekolah di antara usia 16-17 tahun dari tahun 1960 hingga 2000.
"Kenaikan ini jelas melibatkan lebih dari sekadar pengurangan ukuran keluarga," kata Lam. "Sebagai contoh, anak-anak yang memiliki 10 saudara kandung pada tahun 2000 lebih banyak sekolah daripada anak-anak dengan seorang saudara kandung pada tahun 1960.
"Tak ada pendidikan Norman Borlaug untuk menjelaskan bagamana sekolah berkembang baik di negara-negara berkembang selama periode di mana populasi usia sekolah seringkali bertumbuh pada angka 3 atau 4 persen dalam satu tahun. Ini merupakan salah satu dari berbagai pencapaian 50 tahun terakhir yang layak dicermati dan dibanggakan.
Dalam kesimpulannya, Lam menyampaikan pada pendengarnya, "Tantangan-tantangan yang kita hadapi mengejutkan. Akan tetapi tantangan-tantangan tersebut tak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan tantangan-tantangan yang kita hadapi di tahun 1960an."
Kategori Terkait:
"Bom Populasi, Bagaimana Kita Bertahan Terhadapnya" - 09.49.00